Pages

Friday, August 29, 2014

Cerita Hidup Bustaman (Pendiri Rumah Makan Padang "Sederhana") Seangat Menginspirasi

Rumah Masakan Padang “Sederhana”

Nama : H Bustaman
Asal : Sumatra Barat, Indonesia
Trick Sukses : Berani bertanya, Berani Mencoba, Tidak mudah putus asa

H Bustaman, Lahir dan dibesarkan di Lubuk Jantan, Lintau Buo, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat. Saat ramaja Bustaman memutuskan untuk keluar dari kampong halamannya menuju Jambi pada tahun 1955, Bustaman yang hanya lulusan kelas 2 SR(Sekolah Rakyat) mencoba mengadu nasibnya disana. Mulai dari bekerja di kebun karet, menjual koran, menjadi tukang cuci piring, sampai berdagang asongan.

Keberanian mengadu nasib, menghantarkannya untuk pergi ke Jakarta, pada tahun 1970. Bustaman tinggal bersama adik iparnya di daerah Matraman. “pilihan saya saat itu adalah berjualan rokok dengan gerobak di pinggir jalan.” Tutur pria asal Minang tersebut.

Pada tahun 1975 ada peristiwa yang melibatkan etnis minang dengan preman setempat, hal tersebut membuat Bustaman menyelamatkan diri ke daerah pejompongan. Didaerah baru tersebut Bustaman tetap mebuka warung rokok 24jam.

Dikarenakan pengahsilan dagang rokoknya lebih sedikit dari sebeleumnya, Bustaman memutuskan untuk mebuka usaha makanan. “Saya menyewa lapak seluas satu kali satu meter di pinggir jalan seharga Rp3.000.” kata Bustaman. Sekarang masalah yang dihadapi adalah Bustaman tidak bisa memasak, dia hanya berbekal dari rumah makan yang dulu, tempat dia bekerja.

Hari pertama usaha masakannya membuahkan hasil yang kurang baik, pendapatannya hanya Rp.425 sedangkan modal awal Rp.13.000. “Saya juga mengutang beras, minyak dan beberapa kebutuhan lain kepada tetangga,” kata Bustaman.

Dengan tekad yang kuat Bustaman tetap meneruskan usahanya itu. Satu minggu kemudian, ia berniat untuk mencoba masakan lain khas Solok, Sumatra, di sekitar Bendungan Hilir. “Saya coba masakannya ternyata enak.” tuturnya. Bustaman-pun memberanikan diri untuk bertanya resep kepada pemasaknya, yang langsung ia coba buat sendiri.

Hasil dari resep tersebut langsung terlihat, sedikit demi sedikit konsumen berdatangan ke warungnya yang kecil. Namun jalan tak semulus yang diharapkan, cobaan-pun datang, penertiban didaerah Benhil oleh Satpol PP membuat gerobak makanan Bustaman diangkut.

Bustaman tidak menyerah, dia membuka kembali warung makanan ditempat yang telah di tetapkan pemerintah, dengan sewa Rp750/lapak. Diapun langsung menyewa 2 lapak yang diinginkannya.

Hari demi hari bustaman dibanjiri keuntungan, kesuksesan telah menanti didepan. Namun sekali lagi sayang, masalah tetap menghampirinya. Kali ini permasalahan muncul dari saudaranya. Bustaman memiliki hutang sebesar Rp.15.000  kepada saudaranya itu. Melirik warung bustaman dibanjiri pembeli, saudaranyapun menginginkan warung tersebut. “Awal membuka lapak baru saya memang meminjam uang sebesar Rp15.000 kepada Tante, tetapi itu sudah saya bayar,” tutur Bustaman. Urusan sengketa ini bahkan melibatkan kepolisian.

Bustaman akhirnya mengalah melepas lapak tersebut dan membeli lapak baru tepat di seberang lapak lama. Tuhan memang Maha Adil, warung barunya tetap lebih laris dari warung tantenya. “Baru sebentar menikmati rezeki, musibah datang kembali,” kata Bustaman. “Tempat tinggal saya di Pejompongan terbakar.”

Yang bisa diselamatkan Bustaman hanya istri, anak dan gerobak dagangnya. “Saya lalu tinggal di rumah salah satu suplier bahan masakan saya,” tutur Bustaman. Ia mulai menyewa kios ketika Pasar Bendungan Hilir selesai dibangun pada 1974 dengan harga sewa Rp15.000. “Tahun 1975 saya membuka cabang di Roxy mas,” katanya.


Kini Bustaman sudah bisa menikmat hasil jerih payahnya. Rumah Makan Padang Sederhana miliknya sudah tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia hingga Malaysia, baik atas nama sendiri maupun investor melalui sistem franchise.

No comments :